Gresik – HARIAN BANGSA
Kabupaten Gresik yang dikenal punya iklim panas, sangat cocok untuk budi daya berbagai jenis tanaman tembakau.
Untuk itu, Pemkab Gresik di bawah kepemimpinan Bupati Sambari Halim Radianto melalui Dinas Pertanian (Disperta), terus memberikan pendampingan dan supporting kepada petani untuk mengembangkan komoditas tembakau.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Pemkab Gresik Ir Eko Anidito Putro MMA , didampingi Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Gresik Reza Pahlevi, Rabu (14/10) di kantornya.
Menurut Eko, begitu panggilan akrabnya, pada tahun 2020, Disperta mendapatkan alokasi anggaran dari program Dana bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) sebesar Rp 600 juta.
Anggaran ini digunakan untuk penyuluhan, pendampingan dan pengembangan budi daya tembakau jenis jinten. “Saat ini, Disperta Gresik dengan para petani tembakau sedang mengembangkan tembakau jenis jinten. Sebab, tembakau jenis satu ini yang cocok ditanam di areal pertanian tembakau di Kabupaten Gresik, ” terang Eko.
Saat ini, Disperta kata Eko melakukan penyuluhan, pemibanaan dan pendampingan petani di empat kecamatan.
Untuk lokasinya, kata Eko, di Kecamatan Wringinanom di Desa Kesamben Kulon, Kecamatan Balongpanggang di Desa Jombang Delik, Kecamatan Benjeng di Desa Lundo, dan di Kecamatan Duduksampeyan di Desa Tumapel.
Untuk tembakau jenis jinten yang tertanam di 4 kecamatan menggunakan lahan seluas 19 hektare. “Saat ini usia tembakau rata-rata 3 bulan, ” terangnya.
Eko menyatakan, Disperta dalam pengembangan budidaya tembakau jenis jinten dengan melibatkan petani tembakau salah satunya menggunakan program demplot. “Metode ini penyuluhan langsung kepada petani dengan membuat lahan percontohan untuk mendorong produktivitas dan hasil pertanian, penggunaan pupuk secara tepat dan berimbang sehingga hasil panen tembakau lebih maksimal, ” jlentrehnya.
Eko kemudian mencontohkan hasil penen tembakau jenis jinten di Gresik baru-baru ini.” Rata-rata 1 hektare mendapatkan 15 ton tembakau, ” ungkapnya.
Menurut Eko, menanam tembakau lebih untung dibanding menanam komoditas yang lain seperti kangkung, maupun padi. “Jadi, kemarin kami ke petani kangkung di Balongpanggang. Ternyata, hasilnya lebih besar tembakau per kilogramnya, jadi lebih untung menanam tembakau jenis jinten, ” katanya.
Dijelaskan Eko, secara historis wilayah Kabupaten Gresik pernah menjadi sentra perkebunan tembakau.
Perkebunan penghasil tembakau seluas 500 hektare kala itu menyebar di beberapa wilayah Gresik bagian Selatan, yaitu di Kecamatan Wringinanom, Balongpanggang, Benjeng dan Menganti.
Keadaan inilah oleh Disperta kata Eko, kembali digagas untuk mengembangkan tembakau agar menjadi salah satu komoditas pertanian di Gresik.
Budi daya tanaman tembakau yang dilakukan berbeda dengan budi daya yang sudah pernah ada.
Baik dari sisi perencanaan, perlakuan serta jenis tembakau yang akan ditanam yang juga berbeda dari jenis tembakau yang pernah ada di Gresik sebelumnya. “Kami saat ini tengah gencar menanam tembakau jenis jinten selain lahan cocok, secara ekonomis harganya lebih mahal dibanding jenis tembakau lokal yang selama ini dibudidayakan di Gresik, ” beber dia.
Ditambahkan Eko, tanaman tembakau yang bisa dipanen setelah 6-7 bulan ini harus ditanam pada musim kemarau. Dipastikan mulai ditanam sampai panen tidak turun hujan.
Mengenai penjualan hasil panen, pihak Dinas Pertanian Gresik sudah memastikan akan dibeli pengepul tembakau kerjasama dengan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) di Jombang. “Untuk penjualan kerjasama dengan APTI, ” pungkasnya. (hud/ros)
Sumber Berita : saptanawa.com